
Berita wafatnya Letnan Jenderal (Purn) IGK Manila mengejutkan banyak pihak. Nama IGK Manila sudah lama tercatat dalam sejarah militer Indonesia, namun gaung kepergiannya membawa lebih dari sekadar catatan tentang pangkat dan jabatan. Ada warisan sosial, nilai kepemimpinan, dan kisah kemanusiaan yang jarang di sentuh media, tetapi justru penting untuk dipahami generasi hari ini.
IGK Manila: Tentara yang Tak Pernah Kehilangan Rasa Manusiawi
Kebanyakan publik mengenal IGK Manila sebagai tokoh militer. Namun, di luar barak dan medan operasi, ia memiliki wajah lain: seorang figur humanis. Banyak rekannya menceritakan bagaimana Manila selalu berusaha mendengarkan keluhan prajurit bawahan, bahkan hingga hal-hal kecil seperti kondisi keluarga atau pendidikan anak mereka.
Sikap ini jarang muncul dalam pemberitaan karena tertutup oleh sorotan tentang jabatan strategisnya. Padahal, perhatian pada aspek kemanusiaan di tubuh militer seringkali menjadi faktor yang menentukan loyalitas dan soliditas. IGK Manila berhasil menjembatani kedisiplinan keras dengan kelembutan hati, sesuatu yang hanya dimiliki segelintir pemimpin.
Kepemimpinan yang Membentuk Solidaritas Sosial
Salah satu peninggalan berharga dari IGK Manila adalah kemampuannya menumbuhkan solidaritas. Ia tidak hanya membangun kebersamaan di tubuh militer, tapi juga menularkannya ke masyarakat luas. Baginya, gotong royong adalah napas bangsa, sesuatu yang kini sering terlupakan di era serba individualis.
Saat menjabat di berbagai posisi, Manila di kenal mendorong program-program yang mendekatkan prajurit dengan masyarakat sekitar. Bagi dia, pertahanan bukan hanya soal senjata, tapi juga tentang ikatan sosial yang kuat. Pandangan ini kini relevan kembali ketika bangsa Indonesia menghadapi tantangan polarisasi sosial.
Dimensi Psikologis: Kehilangan Figur Panutan
Kematian IGK Manila bukan hanya kehilangan bagi institusi militer, tapi juga bagi generasi yang mencari figur panutan. Di tengah derasnya berita tentang elit yang terjerat kasus, hadirnya seorang tokoh dengan rekam jejak integritas menjadi langka.
Bagi banyak orang yang pernah bersinggungan langsung dengan Manila, kabar duka ini menimbulkan luka psikologis mendalam. Mereka bukan hanya kehilangan pemimpin, tetapi juga mentor yang mampu menunjukkan bahwa kekuasaan bisa dijalankan dengan empati.
Mengajarkan Tentang Konsistensi
Hal lain yang jarang di ulas adalah konsistensi Manila dalam prinsip hidup. Ia dikenal teguh dalam pendirian, tidak mudah terbawa arus popularitas atau tekanan politik. Konsistensi ini menjadi pelajaran penting di era sekarang, di mana perubahan sikap publik figur sering kali hanya demi keuntungan sesaat.
Generasi muda bisa belajar dari sosoknya: bahwa integritas bukan hanya slogan, tetapi harus dijalankan terus-menerus, bahkan ketika tidak ada kamera yang merekam.
Relevansi untuk Indonesia Hari Ini
Kepergian IGK Manila seharusnya bukan hanya di lihat sebagai penutup biografi seorang purnawirawan jenderal. Lebih dari itu, ini adalah momen refleksi: bagaimana nilai-nilai kepemimpinan humanis bisa dijaga dan diwariskan.
Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan, dari perpecahan politik hingga kesenjangan sosial. Nilai solidaritas, empati, dan konsistensi yang pernah di contohkan Manila dapat menjadi inspirasi untuk menemukan kembali arah kebangsaan yang lebih utuh.
Menjaga Warisan yang Tak Tertulis
Tak semua warisan berbentuk monumen atau penghargaan. Ada warisan yang tak tertulis, tetapi justru lebih penting: nilai hidup, sikap, dan cara memperlakukan orang lain. IGK Manila meninggalkan warisan semacam itu.
Tugas kita sekarang adalah memastikan warisan ini tidak hilang begitu saja bersama jasad yang telah dikebumikan. Melalui cerita-cerita kecil yang di tuturkan keluarga, rekan, maupun prajuritnya, nilai-nilai itu bisa tetap hidup dan menjadi inspirasi lintas generasi.
Penutup
Wafatnya IGK Manila adalah kabar duka, tetapi juga panggilan untuk refleksi. Di balik bintang dan tanda jasa, ia adalah manusia yang mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak hanya di ukur dari senjata atau pangkat, melainkan dari empati, solidaritas, dan konsistensi dalam menjalani prinsip.
Kepergiannya mungkin meninggalkan kekosongan, tetapi warisan nilainya akan terus hidup, selama bangsa ini mau belajar dari sisi-sisi yang jarang di tuliskan: sisi humanis seorang prajurit sejati.