NasionalTrending

Janice Tjen: Kisah Petenis Muda Indonesia yang Menggebrak Dunia

Indonesia memang lekat dengan prestasi bulutangkis, tapi kini dari lapangan tenis muncul sosok muda yang mencuri perhatian dunia. Dari Jakarta, 6 Mei 2002, lahirlah Janice Tjen—dan di US Open 2025, namanya akhirnya bergema di panggung tenis internasional.

Ceritanya tidak instan. Janice berangkat dari perjalanan panjang—dari lapangan sederhana, pindah kuliah ke luar negeri, sampai akhirnya mencatat sejarah sebagai petenis Indonesia pertama dalam dua dekade terakhir yang kembali tampil di babak utama Grand Slam.


Dari Jakarta ke Amerika: Awal Mimpi yang Serius

Janice mulai mengenal tenis bukan karena ambisi keluarga, tapi berawal dari ajakan teman. Ia jatuh cinta pada olahraga ini, dan orang tuanya memilih untuk mendukung penuh. Tidak banyak anak Indonesia yang kemudian berani mengejar mimpi di tenis, tapi Janice berbeda.

Perjalanan akademiknya membawanya ke Amerika Serikat. Awalnya ia memperkuat University of Oregon. Di sana, ia langsung menunjukkan bakat besar hingga diganjar predikat mahasiswa baru terbaik. Tak lama kemudian, ia pindah ke Pepperdine University, salah satu kampus dengan program tenis terbaik di AS.

Di kampus inilah kariernya benar-benar ditempa. Berbagai gelar seperti ITA All-American, WCC Player of the Year, sampai NCAA Doubles Runner-Up menjadi bukti bahwa Janice bukan sekadar numpang nama. Ia benar-benar kompetitif, bahkan di salah satu liga universitas paling ketat di dunia.


Koleksi Gelar ITF dan Pintu Menuju Dunia Profesional

Dari jalur universitas, Janice perlahan naik ke level profesional. Turnamen-turnamen ITF menjadi batu loncatan. Berbekal mental juara, ia berhasil mengoleksi belasan gelar tunggal maupun ganda.

Tahun 2025 menjadi momen paling manis. Janice meraih penghargaan ITF World Tennis Tour Player of the Month dua bulan berturut-turut. Itu artinya, performanya bukan hanya konsisten, tapi juga menonjol dibanding ratusan petenis lain di level yang sama.


Lonjakan Peringkat WTA

Kerja kerasnya berbuah manis. Agustus 2025, Janice menembus peringkat 147 dunia tunggal WTA. Untuk ukuran petenis Indonesia, capaian ini luar biasa—mengingat betapa jarangnya nama Indonesia muncul di daftar top 200 dunia.

Yang lebih membanggakan, prestasi itu diraih bukan lewat wild card atau jalur instan, melainkan dari perjuangan di lapangan: kualifikasi demi kualifikasi, pertandingan demi pertandingan.


US Open 2025: Sejarah Baru dari New York

Momen ini menjadi pijakan besar yang mengantarkan Janice Tjen menuju sorotan global. Di US Open 2025, ia lolos dari babak kualifikasi dan masuk ke main draw Grand Slam. Setelah menunggu lebih dari dua dekade, akhirnya tenis Indonesia kembali menorehkan sejarah.

Namun Janice tidak berhenti di situ. Pada putaran pertama, ia menantang unggulan ke-24 dunia, Veronika Kudermetova. Semua orang mungkin mengira pertandingan akan cepat selesai, tapi Janice tampil tanpa rasa takut. Dengan keberanian maju ke net, variasi slice, dan pukulan forehand tajam, ia menutup laga dengan kemenangan tiga set: 6-4, 4-6, 6-4.

Hasil itu bukan sekadar kemenangan. Itu adalah kemenangan Grand Slam pertama untuk Indonesia sejak 2003. Bayangkan, lebih dari dua dekade publik Indonesia menunggu momen ini.

Pada babak kedua, Janice bertemu Emma Raducanu, juara US Open 2021. Pertandingan itu mungkin tak berakhir manis, tapi bertemu idolanya sendiri di panggung sebesar itu adalah pengalaman luar biasa yang akan membentuk mentalnya ke depan.


Gaya Bermain yang Klasik dan Elegan

Kalau melihat permainan Janice, banyak yang langsung teringat pada Ashleigh Barty. Ada kombinasi slice backhand yang rapi, forehand bertenaga, plus keberanian menekan lawan dengan servis-voli.

Gaya bermain ini jarang dimiliki petenis muda sekarang, yang lebih banyak mengandalkan baseline rally. Janice membawa warna berbeda. Ia tidak sekadar mengandalkan fisik, tetapi juga strategi dan kecerdikan. Itulah yang membuatnya bisa menjegal lawan-lawan dengan ranking jauh lebih tinggi.


Dampak Besar untuk Tenis Indonesia

Bagi Indonesia, langkah Janice bukan sekadar prestasi pribadi. Harapan yang lama padam kini hidup kembali—tenis Indonesia kembali punya taring di dunia berkat Janice.

Tak bisa dipungkiri, bulutangkis telah lama menjadi senjata utama Indonesia untuk berjaya di panggung dunia. Kini, lewat Janice, masyarakat disadarkan bahwa ada potensi besar juga di tenis. Apalagi, prestasi Janice diraih lewat jalur yang jelas: pembinaan sejak kecil, latihan intensif, kuliah olahraga di luar negeri, lalu naik ke level profesional.

Ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda lain—bahwa dengan kerja keras, disiplin, dan dukungan yang tepat, atlet Indonesia juga bisa menembus panggung olahraga paling elite.


Optimisme untuk Masa Depan

Usianya baru 23 tahun. Artinya, Janice masih punya waktu panjang untuk berkembang. Dengan catatan kemenangan lebih dari 50 kali sepanjang musim 2025, peringkat yang melonjak drastis, serta mental juara yang terbukti di US Open, masa depan terlihat sangat cerah.

Target realistis berikutnya tentu saja masuk ke 100 besar dunia. Dari sana, peluang untuk tampil reguler di turnamen-turnamen WTA Premier dan Grand Slam akan lebih besar. Bukan tidak mungkin, suatu saat Janice bisa menjadi salah satu wajah baru tenis dunia dari Asia Tenggara.


Penutup: Inspirasi yang Baru Dimulai

Kisah Janice Tjen adalah kisah tentang keberanian bermimpi besar. Dari lapangan di Jakarta hingga sorotan lampu New York, ia menunjukkan bahwa dengan kerja keras, disiplin, dan keteguhan hati, batas bukanlah halangan.

Indonesia akhirnya punya sosok baru yang bisa dibanggakan di dunia tenis. Dan bagi Janice sendiri, ini baru permulaan. Masih banyak turnamen, masih banyak laga besar, dan masih banyak sejarah yang bisa ia tulis di masa depan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button