NasionalTrending

Kompol Cosmas Kaju Gae: Antara Trauma Psikologis, Solidaritas Sosial, dan Pelajaran Kepemimpinan

1. Awal Karier dan Jejak Brimob

Kompol Cosmas Kaju Gae dikenal sebagai perwira menengah Korps Brimob Polri yang memiliki rekam jejak cukup panjang. Ia pernah menempati berbagai posisi penting, dari staf teknis, jabatan di satuan latihan, hingga dipercaya sebagai Komandan Batalyon Resimen IV Pasukan Pelopor. Karier yang ia bangun bertahun-tahun memberi gambaran seorang perwira dengan disiplin dan dedikasi khas anggota Brimob.
Namun, perjalanan panjang itu harus terhenti seketika setelah tragedi 28 Agustus 2025. Satu insiden, satu keputusan lapangan, cukup untuk mengubah seluruh peta hidupnya.

2. Insiden yang Mengubah Segalanya

Malam itu menjadi titik balik. Sebuah kendaraan taktis Brimob melintas di kawasan Pejompongan dan dalam hitungan detik menabrak seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan. Nyawa pemuda itu tak tertolong. Di kursi depan, tepat di samping sopir, duduk Kompol Cosmas—posisi yang membuatnya tak bisa menghindar dari sorotan tanggung jawab.
Keputusan Komisi Kode Etik Polri yang menjatuhkan sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) menjadi titik akhir perjalanan panjang kariernya di institusi kepolisian. Namun, di balik keputusan tegas itu tersimpan sisi manusiawi yang kerap luput: beban batin dan trauma yang harus ia tanggung setelah insiden tragis tersebut.

3. Trauma Psikologis Seorang Aparat

Seragam Brimob selalu identik dengan ketegasan, keberanian, dan kekuatan mental. Namun, kasus Kompol Cosmas membuka mata bahwa aparat juga manusia yang bisa rapuh secara batin.

  • Rasa bersalah: Menyaksikan seorang warga sipil tewas dalam situasi yang diawasi langsung olehnya tentu menimbulkan perasaan bersalah mendalam.
  • Kehilangan identitas: Dengan pemecatan tidak hormat, ia kehilangan status, penghasilan, bahkan kehormatan yang melekat puluhan tahun.
  • Tekanan publik: Sorotan media dan stigma masyarakat menambah lapisan beban mental. Ia bukan hanya dihukum institusi, tapi juga oleh opini publik.

Air mata yang menetes saat sidang etik bisa dibaca bukan sekadar penyesalan formal, melainkan cerminan luka psikologis yang sulit disembuhkan dalam waktu singkat.

4. Luka Sosial dan Solidaritas Publik

Di sisi lain, tragedi ini melahirkan luka sosial yang dalam. Kematian Affan Kurniawan, seorang pekerja muda dari sektor informal, menyentuh simpati luas. Komunitas ojek online menjadikan peristiwa ini sebagai simbol betapa rentannya mereka ketika berhadapan dengan situasi konflik di ruang publik.

Solidaritas muncul dalam bentuk:

  • Dukungan komunitas driver online yang mengawal kasus ini.
  • Gelombang doa dan penggalangan bantuan untuk keluarga korban.
  • Tuntutan masyarakat agar aparat negara lebih mengutamakan keselamatan sipil.

Menariknya, kasus Cosmas menjadi titik temu dua sisi solidaritas: solidaritas korban di masyarakat sipil, dan solidaritas aparat yang ikut berduka karena kehilangan rekan sejawat.

5. Paradoks Karier Polisi

Sisi lain yang jarang dibicarakan adalah paradoks dalam karier aparat kepolisian. Selama bertahun-tahun, seorang polisi bisa mencatat banyak prestasi, menjalani penugasan berat, bahkan mempertaruhkan nyawa. Namun, satu insiden bisa menghapus seluruh catatan itu.

Inilah paradoks: pengabdian panjang sering kali kalah oleh satu kesalahan fatal. Kasus Cosmas menunjukkan kerasnya disiplin institusi, tapi juga kerasnya konsekuensi bagi individu yang berada di garis depan.

6. Kepemimpinan dan Akuntabilitas

Sebagai perwira menengah, Cosmas tidak hanya bertugas memberi perintah, tetapi juga menjadi simbol tanggung jawab. Keberadaannya di dalam kendaraan membuatnya harus ikut menanggung konsekuensi, meski bukan ia yang mengemudi.

Dari sini muncul pelajaran kepemimpinan penting:

  • Kepemimpinan adalah tanggung jawab penuh, bukan sekadar jabatan.
  • Akuntabilitas pribadi dan institusi saling terkait — seorang pemimpin harus siap memikul akibat dari tindakan anak buah.
  • Keselamatan warga sipil harus jadi prioritas utama dalam operasi apa pun, bahkan di tengah situasi genting.

Kasus ini menjadi contoh nyata bahwa kepemimpinan di lapangan bukan hanya soal keberanian, tetapi juga kepekaan kemanusiaan.

7. Akuntabilitas Polri di Mata Publik

Pemecatan tidak hormat terhadap Kompol Cosmas dapat dibaca sebagai upaya Polri merespons cepat tuntutan akuntabilitas di hadapan publik. Publik melihat bahwa aparat tidak kebal hukum, bahkan seorang perwira bisa diberhentikan jika terbukti lalai.

Namun, ada dua sisi:

  • Positif: meningkatkan citra Polri karena berani menghukum anggotanya sendiri.
  • Negatif: menegaskan betapa masih rawannya prosedur operasional di lapangan hingga bisa menimbulkan korban sipil.

Akuntabilitas institusi memang penting, tetapi yang lebih esensial adalah pencegahan agar tragedi serupa tidak lagi berulang.

8. Refleksi Kemanusiaan

Kasus Kompol Cosmas adalah cerita tentang dua luka: luka keluarga korban yang kehilangan anak muda penuh harapan, dan luka seorang aparat yang kehilangan karier, kehormatan, dan jati dirinya.

Dari tragedi ini, kita belajar bahwa setiap tindakan aparat negara menyangkut hidup orang banyak. Kesalahan sekecil apa pun bisa menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat, sekaligus menghancurkan kehidupan pribadi seorang anggota polisi.

Penutup

Kompol Cosmas Kaju Gae kini menjadi simbol paradoks: seorang perwira Brimob yang meniti karier dengan dedikasi, tetapi jatuh akibat satu insiden tragis. Malam itu menjadi titik balik. Sebuah kendaraan taktis Brimob melintas di kawasan Pejompongan dan dalam hitungan detik menabrak seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan. Nyawa pemuda itu tak tertolong. Di kursi depan, tepat di samping sopir, duduk Kompol Cosmas—posisi yang membuatnya tak bisa menghindar dari sorotan tanggung jawab.

Di balik seragam, pangkat, dan kekuasaan, aparat tetaplah manusia yang bisa salah, bisa menyesal, dan bisa rapuh. Justru di situlah pentingnya membangun sistem yang lebih manusiawi: agar keselamatan rakyat terlindungi, aparat tidak tertekan oleh beban berlebihan, dan tragedi seperti ini tak lagi terulang.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button