NasionalTrending

Banjir Terbaru di Kabupaten Lumajang: Dampak, Penanganan, dan Tantangan ke Depan

1. Apa yang Terjadi?

Pada akhir Oktober hingga awal November 2025, wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, di landa banjir yang meliputi beberapa desa di Kecamatan Jatiroto, Rowokangkung, dan Sukodono. Curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran sungai meluap dan menggenangi permukiman warga.
Di Jatiroto, sekitar 1.281 KK terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai hingga satu meter. Sementara di Desa Sidorejo, aliran sungai Afur Banter tersumbat oleh eceng gondok dan lumpur, membuat air sulit mengalir. Di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, banjir bahkan mencapai 1,5 meter dan merendam ratusan rumah warga.

2. Penyebab Utama

Banjir di Lumajang tahun ini di sebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan:

  • Curah hujan ekstrem dalam waktu singkat yang menyebabkan volume air sungai meningkat tajam.
  • Sumbatan pada saluran air akibat tumpukan eceng gondok, sedimen, dan sampah rumah tangga yang menghambat aliran.
  • Sistem drainase yang belum optimal, terutama di kawasan dataran rendah dan padat penduduk.
  • Perubahan tata guna lahan yang mengurangi daerah resapan air, sehingga limpasan hujan langsung menuju sungai.
  • Kurangnya kesadaran lingkungan, seperti kebiasaan membuang sampah ke saluran air yang memperburuk situasi.

3. Dampak yang Terjadi

Banjir membawa dampak besar bagi kehidupan sosial dan ekonomi warga Lumajang.

  • Permukiman warga terendam, memaksa banyak keluarga mengungsi sementara ke rumah kerabat atau tenda darurat.
  • Aktivitas pendidikan terganggu, karena beberapa sekolah terendam dan kegiatan belajar mengajar terpaksa di hentikan.
  • Kerusakan infrastruktur seperti jalan desa, jembatan kecil, dan saluran irigasi yang rusak akibat tergerus arus air.
  • Distribusi logistik terganggu, terutama pasokan makanan dan air bersih bagi warga terdampak.
  • Risiko kesehatan meningkat, karena genangan air menimbulkan potensi penyakit kulit, diare, hingga demam berdarah.
    Secara sosial, banjir ini juga memengaruhi stabilitas ekonomi warga, terutama mereka yang bergantung pada pertanian dan perdagangan lokal.

4. Respon Pemerintah dan Penanganan

Pemerintah Kabupaten Lumajang bersama TNI, Polri, dan tim relawan langsung turun ke lapangan untuk melakukan evakuasi, pendataan, dan penanganan cepat.

  • Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD segera mengevakuasi warga di titik genangan tinggi dan menyalurkan bantuan logistik berupa makanan siap saji, selimut, dan obat-obatan.
  • Peninjauan lapangan di lakukan oleh jajaran Forkopimda untuk memastikan kebutuhan warga terpenuhi serta mengawasi jalannya normalisasi saluran air.
  • Pengerahan alat berat di lakukan untuk membersihkan saluran Afur Banter yang tersumbat. Pekerjaan normalisasi ini penting untuk mengembalikan aliran air ke sungai utama agar genangan cepat surut.
  • Pendirian posko darurat di beberapa titik strategis untuk menampung warga dan memantau situasi cuaca.
    Selain langkah darurat, pemerintah juga mengimbau masyarakat agar lebih aktif menjaga kebersihan saluran air dan melapor jika ada sumbatan yang berpotensi menyebabkan genangan.

5. Tantangan yang Masih Dihadapi

Meski penanganan sudah dilakukan dengan cepat, sejumlah tantangan masih membayangi upaya pencegahan banjir di Lumajang:

  • Belum tuntasnya normalisasi saluran air, di mana sebagian jalur sungai masih tertutup lumpur dan tanaman liar.
  • Keterbatasan anggaran dalam memperkuat infrastruktur pengendali banjir, seperti tanggul dan pompa air.
  • Keterbatasan kesadaran masyarakat, karena masih banyak warga yang membuang sampah ke saluran air tanpa memikirkan dampaknya.
  • Perubahan iklim, yang menyebabkan cuaca semakin tidak menentu dan curah hujan ekstrem semakin sering terjadi.
  • Perluasan permukiman di area rawan banjir, yang mempersempit jalur aliran air alami.

Jika tidak segera ditangani secara menyeluruh, peristiwa seperti ini berpotensi berulang setiap musim hujan, terutama di wilayah dataran rendah yang berada di dekat sungai.

6. Pelajaran untuk Masa Depan

Banjir di Lumajang menjadi pengingat penting bahwa mitigasi bencana bukan hanya soal reaksi cepat, tetapi juga tentang pencegahan jangka panjang.
Beberapa langkah yang perlu diperkuat ke depan antara lain:

  • Peningkatan kesadaran publik melalui edukasi lingkungan di sekolah dan komunitas warga.
  • Pemeliharaan rutin saluran air agar tidak tersumbat, terutama di area padat penduduk.
  • Penguatan sistem drainase dan irigasi, termasuk pembangunan tanggul dan embung penampung air hujan.
  • Pengawasan terhadap tata ruang dan izin pembangunan, agar tidak ada lagi bangunan di area sempadan sungai.
  • Pemanfaatan teknologi informasi, seperti sistem peringatan dini dan peta risiko banjir berbasis data curah hujan dan topografi.

Langkah-langkah ini hanya akan berhasil jika ada kerja sama erat antara pemerintah daerah, aparat, dan masyarakat. Tanpa dukungan warga, upaya teknis yang dilakukan pemerintah akan sia-sia.

Kesimpulan

Banjir yang melanda Kabupaten Lumajang pada akhir Oktober 2025 menunjukkan bahwa daerah tersebut masih sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi. Meski penanganan darurat telah dilakukan dengan cepat dan terkoordinasi, akar masalah seperti sedimentasi sungai, perilaku masyarakat, serta lemahnya sistem drainase masih perlu perhatian serius.
Upaya jangka panjang harus difokuskan pada pencegahan dan peningkatan kapasitas mitigasi. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah akan menjadi kunci agar Lumajang lebih siap menghadapi musim hujan berikutnya tanpa ancaman banjir yang berulang.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button