
Pendahuluan
Dalam era digital yang serba cepat, kehadiran buzzer sudah menjadi hal yang lumrah. Istilah buzzer sering di kaitkan dengan akun media sosial yang bertugas menyuarakan, memperkuat, atau bahkan menggiring opini tertentu, baik untuk tujuan politik, bisnis, maupun hiburan. Dalam beberapa waktu terakhir, muncul tren baru di jagat hiburan: artis dan selebritas kerap di lirik untuk menjadi buzzer karena daya pengaruh mereka yang begitu kuat di masyarakat.
Fenomena ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, artis memiliki jangkauan luas untuk menyampaikan pesan. Namun di sisi lain, keterlibatan artis dalam dunia buzzer menimbulkan pertanyaan etika: apakah suara mereka masih murni atau sekadar bayaran?
Artikel ini akan membahas fenomena tersebut dari berbagai sisi: mengapa artis jadi incaran, bagaimana mekanisme tawaran buzzer berjalan, apa dampaknya bagi industri hiburan, serta bagaimana publik menanggapi pergeseran peran artis di dunia digital.
Mengapa Artis Jadi Target Buzzer?
Ada beberapa alasan mengapa artis kerap di tawari menjadi buzzer, di antaranya:
Jumlah Pengikut yang Besar
Artis biasanya memiliki jutaan pengikut di Instagram, TikTok, maupun Twitter/X. Kehadiran mereka bisa membuat suatu isu cepat viral hanya dengan satu unggahan.
Pengaruh Sosial Tinggi
Fans cenderung percaya pada opini artis favoritnya. Hal ini di manfaatkan pihak tertentu untuk menggiring opini publik secara halus.
Nilai Komersial
Bagi sebagian artis, tawaran buzzer bisa menjadi sumber penghasilan tambahan. Dengan bayaran tinggi, banyak yang tergoda untuk ikut serta, meski risikonya besar.
Kredibilitas di Mata Publik
Berbeda dengan akun anonim buzzer biasa, artis di anggap punya identitas jelas. Sehingga, pesan yang mereka sampaikan lebih mudah di percaya oleh masyarakat luas.
Jenis Tawaran Buzzer untuk Artis
Tidak semua tawaran buzzer bersifat politik. Ada beberapa jenis tawaran yang sering menghampiri artis:
Buzzer Politik
Biasanya muncul menjelang pemilu atau isu politik besar. Artis di minta mempromosikan calon tertentu, memberikan dukungan di media sosial, atau menyebarkan narasi positif/negatif.
Buzzer Produk atau Brand
Mirip dengan endorsement, tapi bedanya artis di minta menggaungkan kampanye dengan cara tertentu. Misalnya, mendukung tren viral yang sudah di atur strategi komunikasinya.
Buzzer Isu Sosial
Ada juga tawaran untuk menjadi buzzer kampanye sosial, misalnya kesehatan, lingkungan, atau pendidikan. Jenis ini cenderung lebih di terima publik karena bernilai positif.
Risiko dan Dampak bagi Artis
Menjadi buzzer tidak selalu berdampak positif. Beberapa risiko yang di hadapi artis antara lain:
Kehilangan Kredibilitas
Fans bisa merasa di khianati jika artis idolanya kedapatan membela isu kontroversial hanya karena bayaran.
Citra Negatif
Artis bisa di cap hanya “alat politik” atau “pemain bayaran,” sehingga karier mereka di dunia hiburan ikut terpengaruh.
Ancaman Hukum
Jika ikut menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian, artis bisa terjerat pasal hukum.
Konflik dengan Fans
Tidak semua pengikut setuju dengan sikap politik artis. Hal ini bisa menimbulkan perpecahan di kalangan penggemar.
Mengapa Tawaran Ini Menggiurkan?
Meskipun ada risiko besar, tawaran menjadi buzzer tetap sulit di tolak. Alasannya:
- Bayaran Fantastis: Tarif yang di tawarkan bisa jauh lebih tinggi daripada pekerjaan di dunia hiburan biasa.
- Kerja Relatif Mudah: Hanya dengan mengunggah konten atau komentar, artis sudah bisa mendapatkan keuntungan besar.
- Efek Instan: Bagi artis yang sedang sepi job, tawaran ini menjadi jalan pintas untuk tetap relevan di publik.
Reaksi Publik terhadap Artis Buzzer
Publik memiliki reaksi beragam terhadap fenomena ini:
Kelompok yang Mendukung
Sebagian masyarakat berpendapat artis berhak menggunakan suaranya, termasuk jika itu untuk tujuan politik atau komersial.
Kelompok yang Skeptis
Banyak juga yang menganggap artis buzzer merusak integritas dunia hiburan. Apalagi jika opini yang di sebarkan bertentangan dengan kenyataan.
Kelompok Netral
Ada pula yang bersikap apatis, menganggap bahwa dunia buzzer sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari media sosial saat ini.
Fenomena Global: Artis Jadi Buzzer Bukan Hal Baru
Eh, ternyata artis yang di jadikan buzzer itu nggak cuma happening di Indonesia, lho. Banyak negara lain juga ngalamin hal serupa. Di Amerika Serikat, banyak selebritas ikut mendukung kandidat politik tertentu dengan kampanye digital. Di Korea Selatan, para artis K-Pop sering di libatkan untuk mengampanyekan isu-isu sosial sampai urusan politik.
Perbedaannya, di negara-negara tersebut transparansi lebih dijaga. Artis biasanya secara terbuka menyatakan dukungannya, bukan melalui narasi terselubung yang terkesan dipaksakan.
Tawaran Buzzer Pemerintah di Tengah Demo
Fenomena tawaran buzzer kepada artis semakin ramai dibicarakan saat situasi sosial dan politik memanas, terutama ketika gelombang demo besar terjadi. Pemerintah maupun pihak terkait sering kali berusaha meredam keresahan publik dengan strategi komunikasi digital. Di sinilah peran buzzer, termasuk artis, kembali jadi incaran.
Nilai Tawaran
Seorang artis mendapat tawaran menjadi buzzer dari pemerintah dengan bayaran Rp 150 juta untuk setiap postingan di media sosial. Artis diminta ikut kampanye dengan nge-post pesan-pesan positif soal pemerintah, DPR, aparat, dan ojek online, semua dijadwalkan supaya unggahannya barengan dan pesan tersampaikan serentak.
Waktu Unggah Konten
Konten diminta diunggah secara serentak pada 1 September 2025, pukul 15.00 WIB.
Penolakan Artis
Artis yang menerima tawaran menolak dengan tegas dan menyuarakan pentingnya menggunakan dana publik untuk kepentingan rakyat, bukan untuk membayar buzzer.
Reaksi Publik
Publik memberikan dukungan tinggi atas keberanian artis menolak tawaran tersebut, sekaligus mendorong transparansi dan integritas dalam kampanye digital.
Etika dan Batasan
Fenomena artis buzzer menimbulkan pertanyaan: di mana batasan antara kebebasan berekspresi dan kepentingan bayaran?
- Transparansi: Jika artis terbuka menyebut bahwa unggahan mereka adalah iklan atau kampanye berbayar, publik lebih bisa menerima.
- Tanggung Jawab Sosial: Artis sebagai figur publik seharusnya tidak ikut menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian.
- Kesadaran Diri: Setiap artis perlu memahami konsekuensi jangka panjang dari pilihan mereka menjadi buzzer.
Masa Depan Artis di Dunia Buzzer
Ke depan, tawaran buzzer kepada artis kemungkinan besar akan semakin marak, terutama menjelang tahun politik atau tren digital tertentu. Artis yang bijak akan bisa memanfaatkan peluang ini tanpa merusak citra.
Di sisi lain, publik juga perlu lebih cerdas membedakan mana opini asli dan mana yang sekadar pesanan. Kalau masyarakat punya literasi digital yang baik, mereka bisa lebih jeli melihat mana opini asli dan mana sekadar suara buzzer yang dibawakan artis.
Kesimpulan
Fenomena banyak artis ditawari menjadi buzzer mencerminkan bagaimana media sosial telah mengubah wajah industri hiburan sekaligus ruang publik. Dengan pengaruh besar, artis menjadi sasaran empuk bagi pihak-pihak yang ingin menggiring opini.
Namun, risiko bagi artis juga tidak kecil: kehilangan kredibilitas, citra negatif, hingga potensi masalah hukum. Karena itu, diperlukan keseimbangan antara profesionalisme, etika, dan tanggung jawab sosial.
Pada akhirnya, publik yang cerdas akan menentukan apakah artis buzzer bisa terus bertahan, atau justru kehilangan pengaruhnya di tengah derasnya arus informasi digital. ~Tirtaaji