
Kepergian yang Mengejutkan Dunia Film
Kabar duka menyelimuti dunia perfilman Indonesia pada Senin, 27 Oktober 2025. Gunawan Paggaru, sutradara senior sekaligus Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) periode 2022–2026, di kabarkan meninggal dunia pada usia 63 tahun.
Ia di temukan tak bernyawa di kediamannya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, setelah menunaikan salat subuh. Kepergian mendadaknya mengejutkan banyak pihak, terutama kalangan sineas dan komunitas film yang mengenalnya sebagai sosok pekerja keras dan penuh dedikasi.
Hingga kini, pihak keluarga belum memberikan pernyataan detail mengenai penyebab kematiannya. Namun, banyak rekan sejawat mengenang almarhum sebagai pribadi yang tenang, bijak, dan tak pernah lelah memperjuangkan kemajuan perfilman nasional.
Sosok yang Di kenang Banyak Kalangan
Gunawan Paggaru bukan sekadar seorang sutradara, tetapi juga pemimpin dan penggerak ekosistem perfilman Indonesia. Selama masa hidupnya, ia di kenal sebagai jembatan antara generasi sineas senior dan anak muda.
Di bawah kepemimpinannya, BPI aktif memperjuangkan penguatan regulasi film nasional, pembinaan talenta muda, serta kerja sama lintas sektor untuk mengembangkan industri kreatif berbasis budaya.
Yang menarik, sehari sebelum meninggal dunia, Gunawan sempat menjadi pembicara dalam sebuah acara perfilman untuk para santri muda. Dalam kesempatan itu, ia berpesan agar generasi muda tetap berkarya dengan semangat, memanfaatkan teknologi, dan tidak melupakan nilai budaya Indonesia. Pesan terakhirnya kini terasa begitu menggetarkan, seolah menjadi wasiat bagi insan film Tanah Air.
Warisan dan Visi Gunawan Paggaru
Sepanjang kariernya, Gunawan Paggaru menegaskan bahwa film bukan hanya alat hiburan, tetapi juga cermin kebudayaan. Ia memandang sinema sebagai ruang untuk berdialog dengan masyarakat dan memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa ke dunia.
Beberapa hal penting dari visi dan perjuangannya meliputi:
- Film sebagai ekspresi budaya dan pendidikan — Ia percaya bahwa film dapat menjadi sarana untuk membangun karakter bangsa dan memperkuat rasa kebangsaan.
- Penguatan generasi muda — Gunawan selalu memberi ruang bagi sineas muda agar mampu menciptakan karya orisinal yang relevan dengan perkembangan zaman.
- Transformasi digital — Ia mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam proses produksi, promosi, hingga distribusi agar film Indonesia bisa bersaing secara global.
- Kemandirian industri film nasional — Baginya, Indonesia harus memiliki sistem perfilman yang mandiri, kuat, dan berkelanjutan, bukan hanya bergantung pada tren luar negeri.
Reaksi Dunia Perfilman
Berita kepergiannya memunculkan gelombang duka dari berbagai kalangan. Sejumlah sutradara, aktor, produser, hingga komunitas film mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam. Mereka mengenang Gunawan sebagai figur yang mampu menyeimbangkan antara idealisme seni dan kebutuhan industri.
Banyak yang menilai kepergiannya meninggalkan kekosongan besar di tubuh BPI. Dalam masa transisi ini, tantangan utama adalah bagaimana menjaga kesinambungan visi dan program yang telah ia rancang, terutama dalam hal regenerasi dan digitalisasi perfilman Indonesia.
Dampak dan Tantangan ke Depan
Kematian Gunawan Paggaru menjadi momentum refleksi bagi dunia film nasional. Ia meninggalkan warisan pemikiran dan semangat pembaruan yang harus dijaga.
Beberapa tantangan yang kini dihadapi antara lain:
- Kepemimpinan di BPI: Diperlukan sosok penerus yang memiliki visi serupa, agar arah kebijakan perfilman nasional tidak kehilangan fokus.
- Pembinaan sineas muda: Program edukasi dan pelatihan yang dirintis Gunawan harus tetap berjalan agar lahir generasi baru yang kreatif dan berdaya saing.
- Peningkatan kualitas produksi dan distribusi: Gunawan sering menyoroti ketimpangan antara jumlah produksi film dengan jangkauan distribusinya. Isu ini kini menjadi tanggung jawab kolektif.
- Menjaga semangat kolaborasi: Ia selalu menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, komunitas film, dan sektor swasta untuk membangun industri yang berkelanjutan.
Warisan yang Tak Akan Hilang
Selain sebagai pemimpin BPI, Gunawan Paggaru juga dikenal lewat karya-karyanya di layar lebar. Beberapa film yang disutradarainya, seperti Syahadat Cinta, Issue, dan Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji, memperlihatkan kedalaman pesan sosial dan budaya. Ia selalu menempatkan manusia dan kemanusiaan sebagai pusat cerita.
Kini, sosoknya mungkin telah tiada, namun nilai-nilai dan gagasan yang ia tanamkan akan terus hidup di hati para sineas muda. Gunawan telah menunjukkan bahwa sinema bukan hanya soal kamera dan layar, melainkan tentang keberanian untuk menceritakan siapa kita sebagai bangsa.
Kesimpulan
Kepergian Gunawan Paggaru meninggalkan duka mendalam sekaligus tanggung jawab besar bagi dunia film Indonesia. Ia adalah simbol dedikasi, idealisme, dan cinta terhadap seni serta budaya bangsa.
Kini, tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangannya berada di tangan generasi penerus — mereka yang harus melanjutkan visinya tentang film yang berakar pada budaya, berpijak pada realitas, dan menjangkau dunia.
Gunawan Paggaru mungkin telah pergi, tetapi semangatnya akan terus hidup di setiap karya, setiap layar, dan setiap cerita yang lahir dari tanah Indonesia.



