NasionalTrending

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi: Kronologi, Dampak, dan Kewaspadaan

Pendahuluan

Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan salah satu gunung berapi aktif yang berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Gunung ini kerap menjadi perhatian karena aktivitas vulkaniknya yang sering meningkat. Bersama dengan pasangannya, Gunung Lewotobi Perempuan, keduanya membentuk sistem gunung api kembar yang khas. Namun, puncak Laki-Laki di kenal lebih aktif dan sering mengalami letusan.

Erupsi terbaru yang terjadi pada September 2025 kembali mengingatkan masyarakat akan besarnya potensi bahaya dari gunung api. Aktivitas ini tidak hanya berdampak pada masyarakat sekitar, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan, lingkungan, hingga sektor penerbangan.


Kronologi Erupsi Terkini

Pada tanggal 21 September 2025, Gunung Lewotobi Laki-Laki tercatat beberapa kali mengalami erupsi dalam satu hari. Kolom abu membumbung tinggi hingga ribuan meter di atas puncak gunung, menyebar ke arah barat dan barat laut. Dalam rentang enam jam, setidaknya terjadi belasan kali erupsi dengan variasi tinggi kolom abu mulai dari 500 hingga 3.500 meter.

Selain abu, erupsi juga di iringi dengan gempa vulkanik, gempa guguran, serta getaran tremor yang terdeteksi oleh seismograf. Aktivitas vulkanik yang cukup intens ini membuat status gunung di tetapkan pada Level IV atau Awas, yang merupakan tingkat tertinggi dalam status gunung api di Indonesia.


Status Waspada dan Zona Bahaya

Dengan meningkatnya aktivitas vulkanik, pihak berwenang menetapkan zona bahaya di radius 6 kilometer dari kawah, serta memperluas hingga 7 kilometer pada sektor tertentu di barat daya hingga timur laut. Masyarakat di imbau untuk segera menjauhi zona tersebut demi keselamatan.

Status Awas berarti aktivitas erupsi bisa terjadi kapan saja dengan intensitas yang lebih besar. Oleh karena itu, kewaspadaan tinggi sangat di perlukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah setempat.


Dampak Potensial Erupsi

1. Dampak Kesehatan

Abu vulkanik yang menyebar ke pemukiman berpotensi menimbulkan gangguan pernapasan, iritasi mata, hingga masalah kulit. Anak-anak, lansia, dan orang dengan riwayat penyakit pernapasan menjadi kelompok paling rentan. Oleh karena itu, penggunaan masker sangat dianjurkan bagi warga yang terdampak.

2. Dampak Lingkungan dan Infrastruktur

Abu vulkanik yang jatuh di permukaan tanah dapat merusak tanaman pertanian. Lahan yang tertutup abu akan sulit diolah, sementara tanaman yang sedang tumbuh bisa rusak atau bahkan mati. Abu juga bisa menumpuk di atap rumah, menimbulkan beban berat yang berisiko merobohkan bangunan.

Jika hujan turun, material abu yang bercampur air dapat berubah menjadi lahar hujan. Aliran lahar ini berpotensi menimbulkan bahaya serius di daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Lewotobi.

3. Dampak Sosial dan Ekonomi

Aktivitas masyarakat sekitar gunung terganggu. Sekolah ditutup, aktivitas perdagangan dan pertanian lumpuh, serta mobilitas warga menjadi terbatas. Sektor pariwisata pun terdampak, karena kawasan sekitar gunung biasanya ditutup sementara.

Selain itu, biaya evakuasi, logistik pengungsian, serta perbaikan infrastruktur akan menambah beban ekonomi daerah.

4. Dampak Penerbangan

Kolom abu yang mencapai ribuan meter dapat mengganggu jalur penerbangan. Abu vulkanik berbahaya bagi mesin pesawat karena bisa merusak turbin dan mengurangi jarak pandang pilot. Oleh karena itu, otoritas penerbangan biasanya mengeluarkan peringatan khusus dan menutup sementara jalur udara di sekitar wilayah Flores.


Penyebab Aktivitas Vulkanik

Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan stratovolcano atau gunung api berbentuk kerucut yang terbentuk dari akumulasi material letusan. Aktivitasnya disebabkan oleh pergerakan magma dari dalam bumi yang mendorong ke permukaan.

Ketika tekanan gas di dalam kantong magma meningkat, erupsi bisa terjadi secara tiba-tiba. Erupsi kali ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan aktivitas vulkanik dalam, ditandai dengan gempa vulkanik, hembusan abu, serta deformasi tubuh gunung.

Karakteristik Lewotobi Laki-Laki memang cenderung lebih aktif dibandingkan pasangannya, sehingga wajar jika gunung ini sering mengalami letusan dalam rentang waktu yang relatif singkat.


Langkah Mitigasi dan Penanggulangan

1. Pemantauan Intensif

Pihak pos pengamatan gunung api terus memantau aktivitas vulkanik melalui seismograf, kamera pengawas, serta sensor lainnya. Pemantauan ini sangat penting untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat.

2. Edukasi dan Informasi

Masyarakat perlu mendapatkan informasi akurat dan cepat terkait kondisi gunung. Penyebaran informasi melalui radio, media sosial, dan pengumuman resmi sangat diperlukan agar warga tidak terjebak dalam hoaks atau kabar palsu.

3. Evakuasi

Warga yang tinggal di zona bahaya harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Pemerintah setempat telah menyiapkan jalur evakuasi serta pos pengungsian dengan fasilitas dasar seperti air bersih, makanan, serta layanan kesehatan.

4. Kesehatan dan Logistik

Penyediaan masker, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan bergerak harus diprioritaskan. Hal ini penting untuk mencegah gangguan kesehatan akibat abu vulkanik.

5. Koordinasi Antar Lembaga

Pemerintah daerah, BPBD, aparat keamanan, serta lembaga kemanusiaan harus bekerja sama dalam proses mitigasi bencana. Koordinasi yang baik akan mempercepat proses evakuasi dan distribusi bantuan.


Kehidupan di Sekitar Gunung Api

Meskipun berbahaya, masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki tetap menjadikan wilayah ini sebagai tempat tinggal karena tanahnya yang subur. Abu vulkanik yang menutupi lahan dalam jangka panjang justru menyuburkan tanah, menjadikannya cocok untuk pertanian.

Namun, siklus antara manfaat dan bahaya dari gunung api membuat masyarakat harus selalu hidup dalam kewaspadaan. Tradisi lokal pun sering mengaitkan aktivitas gunung dengan tanda-tanda alam, meski secara ilmiah hal tersebut dijelaskan oleh aktivitas geologi.


Kesimpulan

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores pada September 2025 menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah negeri cincin api dengan potensi letusan gunung berapi yang tinggi. Dengan status Awas, kewaspadaan masyarakat dan kesiapan pemerintah menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman bencana.

Dampak erupsi tidak hanya terbatas pada abu vulkanik dan lahar, tetapi juga merembet ke sektor kesehatan, sosial, ekonomi, hingga penerbangan. Oleh karena itu, mitigasi bencana harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari edukasi masyarakat, evakuasi tepat waktu, hingga koordinasi lintas lembaga.

Gunung api memang berbahaya, tetapi dengan kesiapsiagaan, masyarakat dapat meminimalisir risiko dan tetap hidup berdampingan dengan alam yang dinamis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button