NasionalTrending

Mathius Fakhiri: Dari Polisi hingga Pemimpin Papua

Mathius Derek Fakhiri bukan sekadar nama di dunia kepolisian Indonesia. Ia adalah sosok yang perjalanan hidupnya mencerminkan dedikasi, keberanian, dan transformasi dari seorang perwira tinggi Polri menjadi Gubernur Papua terpilih. Lahir pada 6 Januari 1968 di Ransiki, Manokwari Selatan, Mathius tumbuh dalam keluarga yang menanamkan disiplin dan tanggung jawab. Ayahnya, Nathalis Yami Fakhiri, adalah seorang letnan kolonel purnawirawan, sementara ibunya, Martha Kabuare, adalah seorang perawat yang terkenal peduli pada sesama.

Mathius memiliki darah suku Awyu dan Inanwatan, dua komunitas yang menjunjung tinggi nilai budaya dan tradisi. Sejak kecil, ia di besarkan dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan tanggung jawab sosial. Perjalanan pendidikan Mathius dimulai dari SD YPK Merauke, kemudian melanjutkan ke SMP YPPK St. Thomas Wamena dan SMA Negeri 2 Jayapura. Setelah menamatkan SMA, ia memilih jalur kepolisian dan masuk Akademi Kepolisian (Akpol), lulus pada tahun 1990, menandai awal karier panjangnya di institusi kepolisian.


Jejak Karier Kepolisian

Karier Mathius di kepolisian di mulai dengan penugasan di Kalimantan Tengah, tepatnya Palangkaraya, kemudian berpindah ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sana, ia tidak hanya fokus pada tugas profesional, tapi juga membangun kehidupan pribadi. Ia bertemu dengan Rafatul Mulkiyah, yang kemudian menjadi pendamping hidupnya, dan di karuniai empat orang anak.

Pengalaman luas Mathius membuatnya dikenal dalam dunia Brimob. Ia pernah menjabat sebagai Dansat Brimob Polda Papua pada periode 2014–2017, memimpin operasi besar untuk menumpas penyelundupan senjata api dan menangkap komandan operasi Kelompok Separatis di Kabupaten Puncak. Prestasi ini mengantarnya mendapatkan penghargaan luar biasa dan promosi pangkat menjadi Komisaris Jenderal Polisi (Komjen).

Pada tahun 2021, Mathius di angkat menjadi Kapolda Papua. Di posisi ini, ia memimpin Operasi Nemangkawi yang kemudian berganti nama menjadi Operasi Damai Cartenz, bertujuan untuk menjaga keamanan dan menegakkan hukum di wilayah Papua yang rawan konflik. Kepemimpinannya di kenal tegas namun tetap memperhatikan sisi kemanusiaan.


Perjalanan Spiritual dan Kehidupan Pribadi

Di balik ketegasan dan karier profesionalnya, Mathius juga menempuh perjalanan spiritual yang mendalam. Ia memutuskan memeluk agama Islam, sebuah langkah yang mencerminkan pencarian makna hidup dan kedewasaan batin. Keputusan ini menunjukkan bahwa kehidupan seorang pemimpin tidak hanya soal jabatan, tapi juga integritas dan kesadaran diri.

Mathius dan Rafatul Mulkiyah, yang kini di kenal sebagai Eva Mathius Fakhiri, hidup harmonis dan aktif dalam kegiatan sosial serta keagamaan di Papua. Keluarga mereka sering terlibat dalam berbagai program kemasyarakatan, menunjukkan bahwa kepedulian sosial menjadi bagian dari nilai-nilai yang di pegang teguh.


Babak Baru: Pemimpin Papua

Perjalanan politik Mathius memasuki babak baru ketika ia memutuskan maju sebagai calon Gubernur Papua pada Pemilihan Gubernur 2025. Berpasangan dengan Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen, ia berhasil memenangkan Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada 20 Agustus 2025. Kemenangan ini membuka lembaran baru, dari seorang perwira polisi menjadi pemimpin daerah, dengan tanggung jawab yang jauh lebih luas.

Sebagai gubernur, Mathius bertekad membawa Papua menuju perubahan yang harmonis dan kemajuan yang nyata. Prioritas utamanya mencakup peningkatan kualitas pendidikan, perbaikan layanan kesehatan, penguatan infrastruktur, serta pemberdayaan masyarakat lokal. Ia menekankan pembangunan merata, tidak hanya di kota besar, tetapi juga di daerah-daerah terpencil, memastikan setiap warga merasakan dampak positif kepemimpinannya.


Visi dan Misi Kepemimpinan

Visi Mathius sebagai gubernur adalah menjadikan Papua sebagai provinsi yang maju, damai, dan sejahtera. Misinya fokus pada sektor strategis seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, dengan pendekatan inklusif dan berkelanjutan. Ia percaya bahwa pembangunan tidak hanya diukur dari fisik, tapi juga dari peningkatan kualitas hidup masyarakat, penguatan kapasitas lokal, dan harmonisasi antarbudaya.


Kesimpulan

Perjalanan hidup Mathius Fakhiri adalah cerminan dedikasi, keberanian, dan integritas. Dari seorang perwira tinggi Polri yang menghadapi berbagai tantangan di lapangan hingga menjadi Gubernur Papua terpilih, Mathius menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari pengalaman, komitmen, dan kepedulian terhadap masyarakat. Dengan visi yang jelas dan pengalaman luas, ia menjadi harapan baru bagi Papua untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan harmonis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button