
Lahir Sebagai Putri Bangsawan, Menjadi Ratu dan Ratu Ibu
Queen Sirikit lahir pada 12 Agustus 1932 di Bangkok, Thailand, dengan nama lengkap Mom Rajawongse Sirikit Kitiyakara. Ia berasal dari keluarga bangsawan Kitiyakara — ayahnya seorang diplomat dan ibunya keturunan keluarga Snidvongs. Sirikit tumbuh dalam lingkungan yang dekat dengan dunia pemerintahan dan diplomasi.
Saat tinggal di luar negeri, Ia sempat menimba pendidikan dan pengalaman diplomatik bersama keluarganya. Di Paris, ia bertemu dengan Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX), yang kemudian menjadi suaminya. Mereka menikah pada 28 April 1950, hanya beberapa hari sebelum penobatan Raja Bhumibol. Sejak saat itu, Sirikit resmi menjadi Ratu Konsort Thailand. Setelah Raja Bhumibol wafat pada 2016, ia di kenal sebagai Ratu Ibu (Queen Mother).
Peran dan Kegiatan Sosial-Budayanya
Ratu Sirikit di kenal luas bukan hanya sebagai pendamping raja, tetapi juga sebagai tokoh penting dalam kegiatan sosial, budaya, dan kemanusiaan di Thailand.
Beberapa kiprahnya yang paling menonjol antara lain:
- Aktif dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan dan pengembangan kerajinan tangan tradisional seperti tenun sutra Thailand.
- Memimpin berbagai proyek sosial melalui Thai Red Cross Society, terutama dalam bidang kesehatan dan penanggulangan bencana.
- Menjadi pelopor pelestarian budaya lokal serta promotor seni dan musik tradisional Thai.
- Ulang tahunnya, 12 Agustus, di tetapkan sebagai Hari Ibu Nasional di Thailand — sebuah penghormatan atas perannya sebagai figur keibuan bagi seluruh rakyat.
Selain itu, Sirikit juga memainkan peran penting dalam diplomasi lunak. Ia sering menemani Raja Bhumibol dalam kunjungan kenegaraan ke berbagai negara, membawa citra positif Thailand di dunia internasional. Keanggunan dan gaya berbusananya bahkan sering mendapat pujian dari media internasional, menjadikannya ikon elegansi Asia Tenggara.
Kondisi Kesehatan dan Kehidupan di Tengah Publik
Seiring bertambahnya usia, Ratu Sirikit mulai mengalami gangguan kesehatan yang membuatnya semakin jarang tampil di depan umum.
Pada 2012, ia sempat mengalami stroke dan sejak saat itu menjalani masa pemulihan panjang. Dalam beberapa tahun terakhir, Sirikit lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit di Bangkok untuk perawatan rutin.
Meski jarang terlihat di publik, kabar mengenai kesehatannya selalu menarik perhatian rakyat. Doa dan ucapan harapan kesembuhan terus mengalir dari masyarakat yang masih menaruh hormat mendalam kepadanya.
Wafatnya Queen Sirikit dan Reaksi Nasional
Pada malam 24 Oktober 2025, Ratu Sirikit wafat dengan tenang di Bangkok dalam usia 93 tahun. Pengumuman resmi dari Biro Rumah Tangga Kerajaan Thailand menyebutkan bahwa tim medis telah berupaya maksimal, namun kondisi beliau terus menurun karena komplikasi penyakit.
Berita wafatnya Ratu Sirikit di sambut dengan duka mendalam oleh seluruh rakyat Thailand. Pemerintah menetapkan masa berkabung nasional, sementara bendera di kibarkan setengah tiang di seluruh negeri. Media nasional dan internasional menyoroti momen ini sebagai akhir dari sebuah era penting dalam sejarah modern Thailand.
Di jalanan Bangkok, potret Ratu Sirikit kembali menghiasi layar besar, gedung-gedung pemerintahan, hingga toko-toko rakyat. Banyak warga menyalakan lilin dan menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada sosok yang mereka anggap sebagai ibu bangsa.
Arti Warisan bagi Thailand dan Dunia
Kepergian Queen Sirikit menandai berakhirnya satu babak panjang dalam sejarah monarki Thailand. Namun warisan yang ia tinggalkan akan terus hidup, baik dalam kebudayaan maupun semangat sosial bangsa.
Beberapa aspek penting dari warisannya antara lain:
- Pelestarian budaya dan identitas nasional: Ratu Sirikit memperjuangkan agar seni dan budaya tradisional tidak hilang ditelan zaman, terutama melalui promosi kain sutra dan kerajinan lokal.
- Kesejahteraan rakyat: Ia dikenal peduli terhadap kondisi masyarakat pedesaan, dengan berbagai proyek yang mendukung perempuan dan pengrajin kecil.
- Diplomasi dan citra Thailand: Kehadirannya dalam acara internasional membantu memperkenalkan Thailand sebagai negara yang anggun, ramah, dan berbudaya.
- Simbol keibuan nasional: Melalui perannya sebagai Ratu Ibu, Sirikit dianggap sebagai lambang kasih sayang dan keteladanan bagi rakyat.
Transisi dan Kenangan
Kepergian Ratu Sirikit juga menjadi simbol peralihan generasi dalam monarki Thailand — dari era Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit menuju kepemimpinan Raja Maha Vajiralongkorn (Rama X). Banyak pihak menilai, semangat pelayanan dan ketulusan yang diwariskan Ratu Sirikit akan menjadi teladan bagi generasi kerajaan berikutnya.
Di hati rakyat Thailand, nama Ratu Sirikit akan selalu dikenang sebagai sosok yang memadukan kelembutan, kebijaksanaan, dan pengabdian. Ia bukan hanya Ratu dari istana, tetapi juga “Ibu” dari seluruh rakyat yang mencintai negerinya.
Penutup
Kepergian Queen Sirikit meninggalkan kesedihan mendalam bagi Thailand dan dunia. Namun warisan moral, sosial, dan budayanya akan terus menjadi cahaya bagi bangsa. Di balik elegansinya, tersimpan kisah perjuangan panjang seorang perempuan yang menjadikan kasih, pelayanan, dan budaya sebagai bentuk pengabdian kepada tanah airnya.
Rakyat Thailand kini mengucapkan selamat jalan kepada sang Ratu Ibu, sembari mengenang warisannya yang abadi: cinta kepada negeri dan rakyatnya.



