
Pendahuluan
Puteri Anetta Komarudin kian mencuri perhatian publik lewat kiprahnya sebagai salah satu legislator muda di DPR RI. Di balik sorotan media tentang literasi keuangan dan pendidikan luar negeri, ada sisi lain dari Puteri yang jarang di bahas: perannya sebagai simbol regenerasi di Partai Golkar dan strateginya membangun citra politik dengan pendekatan baru yang dekat dengan anak muda, khususnya milenial dan Gen Z.
1. Regenerasi Politik di Tubuh Golkar
Golkar selama ini identik dengan figur senior. Masuknya Puteri sebagai anggota DPR termuda dari partai ini menandai arah baru dalam regenerasi politik. Kehadirannya bukan sekadar menambah jumlah politisi muda, tetapi juga menjadi sinyal transisi partai menuju era digital yang lebih dekat dengan publik muda.
Puteri berhasil menunjukkan bahwa politik Golkar tidak hanya milik generasi lama, melainkan juga ruang aktualisasi bagi generasi baru yang lebih melek isu teknologi, inklusi keuangan, dan keberlanjutan.
2. Jembatan antara Tradisi dan Modernitas
Sisi unik Puteri adalah posisinya sebagai jembatan antara tradisi politik lama yang kental dengan struktur hierarkis, dan generasi baru yang lebih cair serta terbuka.
Ia tidak menolak warisan politik keluarganya, tetapi juga tidak membiarkan hal itu membatasi inovasinya. Puteri justru menggunakan pengalamannya di OJK dan pendidikan luar negeri untuk membawa sudut pandang segar yang lebih berbasis data, riset, dan evidence-based policy.
Karena gaya komunikasinya yang terbuka, rajin berbagi di media sosial, dan fokus pada isu digital, ia jadi lebih mudah di terima oleh generasi muda yang biasanya enggan melirik politik.
3. Strategi Komunikasi Politik Milenial
Berbeda dari banyak politisi muda yang cenderung “rame di media tapi minim substansi”, Puteri memilih jalur sebaliknya: menampilkan kredibilitas teknis lebih dulu, baru kemudian memperkuat personal branding.
Strategi komunikasinya bisa di baca dalam tiga pola:
Edukasi Publik melalui Media Sosial
Puteri sering membahas isu keuangan sehari-hari seperti pinjol, QRIS, hingga investasi berkelanjutan.
Bahasa yang Membumi
Meski berlatar pendidikan luar negeri, ia berusaha menjelaskan isu teknis dengan istilah sederhana agar mudah di pahami masyarakat.
Konsistensi Isu
Ia tidak melebar ke banyak topik populer, melainkan fokus pada literasi keuangan, UMKM, dan green finance. Konsistensi inilah yang memperkuat positioning-nya sebagai “legislator spesialis”.
4. Potensi Karier Politik Jangka Panjang
Banyak yang menilai Puteri punya prospek cerah di Golkar. Jika Golkar ingin tetap dekat dengan generasi muda, figur seperti Puteri bisa menjadi simbol perubahan dan pembaruan partai.
Potensi jalur kariernya bisa dibaca dari:
Legislator Spesialis
Memperkuat citra sebagai pakar keuangan publik di DPR.
Pengalaman Internasional
Pengalaman internasionalnya membuka peluang bagi Puteri untuk menjalin koneksi global yang bisa mendukung kariernya di kementerian atau organisasi internasional.
Kepemimpinan Partai
Dengan pengalaman yang bersih dan gaya modern, Puteri bisa tampil sebagai wajah baru Golkar ke depannya.
Hal ini yang jarang disentuh artikel lain: Puteri bukan sekadar “anak politisi senior”, tapi aset strategis Golkar untuk regenerasi politik jangka panjang.
5. Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski punya banyak modal, perjalanan Puteri tidak tanpa hambatan. Ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi:
Stigma Politik Dinasti
Meski kompeten, publik sering mengaitkan kariernya dengan nama besar ayahnya. Ia perlu terus menunjukkan independensi politik dan rekam jejak profesional.
Ekspektasi Publik Muda
Generasi milenial dan Gen Z menuntut transparansi, integritas, dan konsistensi. Sekali saja tergelincir dalam isu korupsi atau konflik kepentingan, citra “legislator muda bersih” bisa runtuh.
Dinamika Internal Partai
Golkar punya kultur politik yang keras dan penuh kompetisi internal. Menavigasi hal ini butuh strategi komunikasi dan jejaring kuat agar tetap bertahan.
6. Inspirasi bagi Generasi Muda
Sisi lain yang jarang disorot adalah bagaimana Puteri menjadi inspirasi bagi pelajar dan profesional muda yang ingin masuk politik. Banyak mahasiswa yang melihatnya sebagai contoh bahwa politisi muda tidak harus populis, tetapi bisa fokus di bidang teknis dan tetap berpengaruh.
Ia menunjukkan bahwa masuk politik bisa dilakukan dengan basis pengetahuan, pengalaman profesional, serta komitmen pada isu yang jelas. Ini berbeda dengan tren sebagian politisi muda lain yang lebih mengandalkan ketenaran di media sosial.
Penutup
Di luar sorotan media tentang literasi keuangan, Puteri Komarudin menyimpan narasi yang lebih besar: perannya dalam regenerasi politik Indonesia, khususnya di tubuh Partai Golkar.
Sebagai jembatan antara generasi lama dan baru, ia menghadirkan gaya politik yang lebih modern, berbasis data, dan dekat dengan isu masa depan. Jika konsisten dengan jalurnya, Puteri bisa menjadi salah satu figur kunci dalam menentukan arah Golkar—bahkan politik Indonesia—di dekade mendatang.