
Dalam beberapa pekan terakhir, media sosial di ramaikan oleh kekhawatiran warganet—khususnya para pemain muda—yang mendengar kabar bahwa Roblox, salah satu game daring paling populer di Indonesia, akan di blokir karena di anggap mengandung konten tidak pantas.
Tapi, seberapa valid sebenarnya isu ini? Benarkah pemerintah akan memblokir Roblox?
Asal-Usul Gosip Pemblokiran
Gosip pemblokiran Roblox pertama kali merebak dari sejumlah akun TikTok dan X (dulu Twitter) yang mengunggah potongan video serta narasi bahwa “Roblox akan di blokir oleh Kominfo karena banyak konten seksual dan kekerasan.” Dalam waktu singkat, isu ini menyebar luas, bahkan hingga masuk ke komunitas orang tua yang khawatir terhadap aktivitas anak-anak mereka di dunia digital.
Isu ini di perkuat dengan potongan klip yang menampilkan adegan dalam game Roblox yang di anggap “tidak layak ditonton anak-anak.” Meski hanya sebagian kecil dari konten game, potongan ini seolah di jadikan bukti bahwa platform Roblox sarat dengan hal-hal negatif.
Namun hingga saat ini, tidak ada pernyataan resmi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang menyebutkan rencana pemblokiran total terhadap Roblox. Artinya, gosip tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya dan patut ditelusuri lebih dalam.
Mengenal Roblox: Game atau Platform?
Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami bahwa Roblox bukan hanya game, melainkan sebuah platform kreatif yang memungkinkan pengguna untuk membuat, membagikan, dan memainkan berbagai jenis permainan hasil karya komunitas.
Dengan lebih dari 65 juta pengguna aktif harian di seluruh dunia, Roblox menjadi ruang ekspresi digital yang sangat besar, terutama bagi kalangan muda. Di Indonesia sendiri, game ini digandrungi oleh anak-anak dan remaja usia 7–18 tahun. Namun, karena sifatnya yang terbuka, tidak semua konten dalam Roblox bisa dipantau secara menyeluruh.
Kekhawatiran Pemerintah: Wajar atau Berlebihan?
Kekhawatiran akan konten negatif di Roblox memang bukan hal baru. Beberapa waktu lalu, Lembaga Sensor Film (LSF) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sempat mengingatkan orang tua tentang pentingnya pengawasan terhadap game online, termasuk Roblox. Konten seksual terselubung (sexualized avatars), kekerasan, hingga ujaran kebencian memang bisa saja muncul, apalagi karena konten dalam game ini di buat oleh sesama pengguna.
Namun, memblokir platform sebesar Roblox bukanlah solusi instan yang tepat. Pendekatan yang lebih edukatif dan preventif melalui literasi digital serta penguatan fitur parental control jauh lebih efektif untuk melindungi anak-anak dari konten negatif.
Jika pemerintah memang memiliki rencana untuk menindak Roblox, seharusnya langkah tersebut di lakukan secara parsial dan terukur—misalnya dengan meminta pihak Roblox untuk membersihkan konten bermasalah, bukan serta-merta memblokir seluruh platform.
Respons Warganet dan Komunitas Gamer
Seiring merebaknya gosip pemblokiran, komunitas gamer Indonesia langsung menunjukkan reaksi keras. Banyak yang menganggap isu ini sebagai bentuk “kemalasan” pemerintah dalam memahami dunia digital.
Tak sedikit pula yang menyamakan potensi pemblokiran ini dengan kasus pemblokiran Steam dan Epic Games beberapa waktu lalu karena belum melakukan pendaftaran PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik). Saat itu, langkah Kominfo dinilai tergesa-gesa dan minim komunikasi dengan publik.
Dampak Jika Pemblokiran Benar Terjadi
Dunia Kreatif Anak-Anak Terkikis
Banyak anak Indonesia yang menggunakan Roblox Studio untuk belajar coding dasar dan desain game. Pemblokiran berarti menghilangkan peluang belajar yang menyenangkan dan relevan dengan era digital.
Gelombang VPN
Pengalaman dari pemblokiran platform lain menunjukkan bahwa pengguna cenderung akan beralih menggunakan VPN. Ini justru membuka celah keamanan baru yang bisa lebih berbahaya.
Kekecewaan Komunitas Developer Muda
Anak-anak dan remaja yang sudah membangun proyek-proyek kreatif di Roblox akan merasa usahanya tidak terhargai.
Sorotan Dunia Internasional
Indonesia akan kembali tersorot sebagai negara yang tidak ramah terhadap ekosistem digital dan kreator muda.
Solusi: Kolaborasi, Bukan Blokir
Daripada langsung memblokir, pemerintah seharusnya mengedepankan pendekatan kolaboratif dengan platform seperti Roblox. Ini bisa dilakukan melalui:
- Penekanan agar Roblox memperkuat sistem moderasi konten untuk region Indonesia.
- Mendorong integrasi fitur pelaporan konten yang lebih mudah digunakan oleh anak-anak dan orang tua.
- Sosialisasi dan edukasi digital parenting kepada masyarakat luas.
Penutup: Gosip Boleh Ramai, Tapi Fakta Harus Diperjelas
Dalam dunia digital yang berkembang cepat, reaksi gegabah bisa berujung pada pembatasan yang kontraproduktif. Pemerintah perlu lebih bijak dan terbuka, sementara masyarakat juga di harapkan tidak mudah terpancing isu yang belum tentu benar.
Roblox mungkin bukan platform sempurna, tapi ia telah menjadi bagian penting dari ekosistem digital anak muda Indonesia. Maka, langkah terbaik bukan dengan menutupnya, melainkan membentuk ekosistem yang lebih aman dan mendidik—bersama. ~Tirtaaji