NasionalTrending

Sekolah dan Kampus Online Lagi: Dampak Demo dan Kerusuhan 2025 pada Pendidikan

Pendahuluan

Gelombang demo dan kerusuhan yang melanda sejumlah kota besar di Indonesia pada akhir Agustus 2025 membawa dampak luas, termasuk ke sektor pendidikan. Aktivitas belajar tatap muka yang baru saja kembali normal pasca pandemi, kini kembali terganggu. Pemerintah, melalui sejumlah dinas pendidikan dan rektorat kampus, mengeluarkan kebijakan agar pembelajaran di alihkan kembali ke sistem daring atau online. Keputusan ini menimbulkan berbagai reaksi, baik dari pelajar, mahasiswa, orang tua, maupun tenaga pendidik.

Artikel ini akan membahas mengapa sekolah dan kampus kembali daring, apa dampaknya, tantangan yang di hadapi, hingga kemungkinan solusi jangka panjang.


Latar Belakang: Demo dan Kerusuhan yang Mengganggu Aktivitas Pendidikan

Ribuan orang tumpah ruah ke jalan, suasana makin panas, bentrokan sama aparat pun terjadi. Kerusuhan tersebut menyebabkan stagnasi transportasi serta kerusakan pada sejumlah fasilitas publik akibat pembakaran. Situasi tersebut membuat mobilitas masyarakat terganggu, termasuk guru dan dosen yang kesulitan mencapai sekolah maupun kampus.

Selain itu, faktor keamanan juga menjadi pertimbangan utama. Banyak sekolah dan perguruan tinggi yang berlokasi dekat dengan titik aksi sehingga di nilai berisiko jika tetap memaksakan pembelajaran tatap muka. Untuk menghindari potensi bahaya, kebijakan peralihan ke sistem daring di nilai sebagai pilihan paling realistis.


Sekolah Daring: Solusi Sementara yang Pernah Dijalani

Indonesia tidak asing dengan pembelajaran daring. Ketika pandemi COVID-19 melumpuhkan aktivitas tatap muka, sekolah dan kampus beralih ke Zoom, Google Classroom, dan berbagai LMS demi memastikan proses belajar tidak terhenti.

Kini, pengalaman tersebut kembali diaktifkan. Guru dan dosen diminta menyiapkan materi digital, tugas mandiri, hingga forum diskusi online. Siswa dan mahasiswa pun kembali harus terbiasa belajar dari rumah dengan bantuan gawai dan internet.


Dampak bagi Siswa dan Mahasiswa

Kembali ke pembelajaran daring tentu membawa konsekuensi besar, antara lain:

Motivasi Belajar Menurun

Tidak semua siswa dan mahasiswa memiliki disiplin tinggi. Tanpa pengawasan langsung, sebagian merasa sulit fokus mengikuti kelas online.

Kesulitan Akses Internet

Wilayah yang belum merata jaringannya berpotensi membuat siswa tertinggal. Mahasiswa di daerah konflik juga kesulitan mencari jaringan stabil.

Kehilangan Interaksi Sosial

Salah satu nilai penting pendidikan adalah interaksi tatap muka. Kegiatan organisasi kampus, ekstrakurikuler, hingga diskusi kelompok menjadi terhambat.

Beban Psikologis

Di tengah kondisi sosial-politik yang penuh ketegangan, keputusan untuk kembali ke pembelajaran daring justru menambah tekanan, membuat banyak siswa dan mahasiswa kian diliputi rasa cemas.


Dampak bagi Guru dan Dosen

Guru serta dosen juga menghadapi tantangan tersendiri, seperti:

Adaptasi Cepat

Meski pernah terbiasa saat pandemi, persiapan mendadak membuat banyak tenaga pendidik kewalahan.

Beban Kerja Tambahan

Membuat materi online yang menarik memerlukan waktu dan energi ekstra.

Kesulitan Menilai

Evaluasi hasil belajar daring cenderung kurang objektif karena rawan plagiarisme dan bantuan dari pihak luar.


Tantangan Teknis dan Sosial

Peralihan ke daring akibat demo dan kerusuhan berbeda dengan masa pandemi. Jika dulu masalah utamanya kesehatan, kini tantangannya lebih kompleks:

Ketidakpastian Durasi

Tidak ada yang tahu sampai kapan situasi demo dan kerusuhan akan reda. Hal ini membuat sekolah dan kampus sulit merancang kalender akademik dengan pasti.

Keamanan Data

Karena makin banyak pakai aplikasi online, risiko data pribadi siswa dan mahasiswa bocor pun ikut naik.

Kesenjangan Digital

Mahasiswa dari keluarga kurang mampu kembali tertekan karena harus membeli kuota atau perangkat baru.


Respons Orang Tua

Bagi orang tua, kebijakan kembali ke daring menimbulkan dilema. Di satu sisi, mereka setuju demi keamanan anak. Namun di sisi lain, mereka merasa terbebani karena harus kembali mendampingi proses belajar di rumah, terutama bagi anak sekolah dasar.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa kualitas pembelajaran menurun dibandingkan tatap muka. Banyak orang tua juga menilai anak-anak lebih cepat bosan jika hanya belajar lewat layar.


Upaya Pemerintah dan Kampus

Untuk mengantisipasi dampak buruk, beberapa langkah sudah ditempuh:

Subsidi Kuota Internet

Pemerintah kembali menggulirkan bantuan kuota bagi siswa, mahasiswa, guru, dan dosen.

Penguatan Platform E-Learning

Kampus memperbaiki LMS mereka agar lebih stabil dan ramah pengguna.

Kelas Hybrid Terbatas

Di daerah yang relatif aman, sekolah mencoba sistem campuran dengan jadwal tatap muka terbatas.

Dukungan Psikologis

Beberapa kampus membuka layanan konseling daring untuk mahasiswa yang merasa stres.


Harapan Jangka Panjang

Peristiwa ini memberi pelajaran penting bahwa dunia pendidikan harus lebih siap menghadapi krisis, baik kesehatan maupun sosial-politik. Harapan ke depan meliputi:

Infrastruktur Digital Merata

Pemerataan internet hingga pelosok harus menjadi prioritas.

Kurikulum Fleksibel

Pendidikan idealnya dirancang fleksibel, sehingga bisa berpindah dari ruang kelas ke layar digital tanpa kehilangan mutu.

Literasi Digital

Siswa, guru, dan orang tua perlu dibekali kemampuan digital yang lebih baik agar siap menghadapi perubahan mendadak.

Kolaborasi Semua Pihak

Dunia pendidikan tidak bisa berdiri sendiri. Dukungan pemerintah, swasta, dan masyarakat diperlukan agar pembelajaran tetap berjalan meski dalam situasi sulit.


Kesimpulan

Kembalinya sekolah dan kampus ke sistem daring akibat demo dan kerusuhan menunjukkan betapa mudahnya pendidikan terguncang oleh dinamika sosial yang terjadi di sekitarnya. Meski bukan situasi ideal, pembelajaran daring adalah jalan keluar sementara demi keselamatan bersama.

Namun, keputusan ini juga mengingatkan pentingnya membangun sistem pendidikan yang lebih tangguh, adaptif, dan tidak tergantung pada satu metode saja. Dengan sinergi semua pihak, krisis bisa menjadi momentum memperkuat fondasi pendidikan Indonesia di masa depan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button